Notebok HP seri i7
Siapa yang tidak kenal kota Bandung di Jawa Barat ? Kota ini dikenal sebagai pusat gerai pakaian mutakhir, kota wisata, termasuk wisata kuliner. Namun, sebenarnya pesona kota Bandung lebih dari itu. Deretan gunung-gunung sekelilingnya tidak saja menyajikan keindahan alam tetapi juga menyimpan sejarah geologis yang menarik.
sumber:
http://harimauberekorbabi.wordpress.com/category/bandung-purba/
Siapa yang tidak kenal kota Bandung di Jawa Barat ? Kota ini dikenal sebagai pusat gerai pakaian mutakhir, kota wisata, termasuk wisata kuliner. Namun, sebenarnya pesona kota Bandung lebih dari itu. Deretan gunung-gunung sekelilingnya tidak saja menyajikan keindahan alam tetapi juga menyimpan sejarah geologis yang menarik.
Puluhan
juta tahun lalu dataran tinggi kota Bandung bukanlah berupa daratan
melainkan berupa lautan. Tanah tempat berdirinya kota Bandung sekarang
berada di dasar laut, penuh dengan terumbu karang. Garis pantainya
berada di sekitar daerah Pengalengan yang kini merupakan sebuah kota di
sebelah selatan kota Bandung. Kemudian sekitar 10 juta tahun lalu,
terjadi proses pengangkatan kerak bumi sehingga kawasan ini berubah
menjadi daratan. Proses tersebut juga diikuti oleh munculnya
gunung-gunung api yang tersebar baik di daerah selatan maupun daerah
utara. Beragam gunung api lainnya juga terus tumbuh, sehingga bentuk
daerah ini berubah menjadi cekungan yang dinamakan Cekungan Bandung. Di
bagian utara cekungan berdiri Gunung Burangrang, Gunung Sunda, Gunung
Tangkuban Parahu dan Bukit Tunggul, sementara di bagian selatan
menjulang gunung Malabar, gunung Tilu dan gunung Patuha. Pada bagian
timur Gunung Manglayang menutup cekungan, sedangkan bukit-bukit kapur
Padalarang-Rajamandala mengelilingi cekungan di bagian barat. Di dalam
cekungan, mengalir sungai Citarum Purba yang mata airnya berasal dari
gunung-gunung tersebut.
Diantara gunung-gunung yang terbentuk, terdapat sebuah gunung besar
bernama Gunung Sunda. Gunung yang tingginya mencapai 4.000 meter ini
memiliki puncak yang diselimuti salju. Letusan dahsyat pada 105 ribu
tahun lalu, meluluhlantakkan 2/3 bagian gunung ini dan membentuk kaldera
besar seluas 6 x 8 kilometer. Dari dasar kaldera inilah muncul gunung
Tangkuban Parahu beberapa ribu tahun kemudian. Saat itu muntahan
material dari letusan gunung Sunda menutupi areal yang sangat luas,
menyapu rimba belantara dengan pohon-pohon besarnya, dan mengubur
binatang-binatang besar yang menghuni daerah tersebut seperti badak,
kuda nil dan rusa. Aliran sungai Citarum Purba juga turut terbendung,
mempercepat proses terjadinya danau yang pembentukannya telah dimulai
beberapa ribu tahun sebelumnya akibat aktivitas tektonik. Pada akhirnya
cekungan akhirnya terisi air dan dinamakan Danau Bandung Purba dengan
ketinggian permukaan airnya mencapai 712,5 meter dari permukaan laut.
Menurut perkiraan manusia purba juga sempat menyaksikan keberadaan danau
ini. Hal ini dibuktikan dengan penemuan artefak seperti mata anak
panah, pisau, kapak batu atau kerangka manusia purba, di puncak-puncak
bukit di sekitar Cekungan Bandung.
Aliran air Danau Bandung Purba akhirnya menemukan jalan keluar dengan
membobol dinding bagian barat cekungan. Sejak itu permukaan air danau
mulai menyurut sampai ke dasarnya pada 16 ribu tahun lalu, menyisakan
lahan basah seperti rawa dan situ. Karena itu, tidak mengherankan jika
banyak nama tempat di Bandung menggunakan awalan kata yang memiliki
kaitan dengan daerah berair seperti ranca (rawa), situ (danau kecil) dan
bojong/tanjung (daratan menjorok ke air). Seiring dengan berjalannya
waktu, Cekungan Bandung berkembang menjadi daerah permukiman penduduk.
Awalnya penduduk hanya memanfaatkan air yang melimpah di sini untuk
membuat sawah dan balong (kolam ikan). Namun, semuanya itu berubah
ketika cekungan Bandung memasuki era modern dalam beberapa dekade
belakangan ini.
Kini Cekungan Bandung telah berubah menjadi wilayah perkotaan besar,
modern, pusat bisnis, kota industri dan kota wisata. Di tengah kesibukan
membangun, keunikan sejarah geologis pembentukan daerah inipun
seolah-olah terlupakan. Tempat-tempat yang merupakan jejak kisah sejarah
tersebut diabaikan bahkan cenderung dirusak. Perbukitan kapur di
Padalarang, bukti keberadaan terumbu karang dan tempat ditemukannya
kerangka manusia purba, lebih dipilih untuk tempat industri penambangan
kapur tanpa menyisakan ruang untuk dijadikan kawasan lindung. Malahan
sisa-sisa keberadaan air seperti rawa, situ, sawah atau balong, semakin
menghilang berubah menjadi kompleks perumahan dan perkantoran.
Gunung-gunung di sekitar cekungan juga merana karena hutan di
lereng-lerang gunung telah dibabat habis untuk daerah pertanian dan
perumahan. Akibatnya daerah resapan air menyusut dan membuat pasokan air
ke tanah dan pasokan ke sungai turun drastis. Sungguh ironis jika
Cekungan Bandung yang dahulu kaya akan air ini dalam beberapa tahun ke
depan akan menghadapi masalah kesulitan mendapatkan air.sumber:
http://harimauberekorbabi.wordpress.com/category/bandung-purba/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar